Selasa, 19 Oktober 2010

THE THRUTH OF KNOWLEDGE

THE THRUTH OF KNOWLEDGE

Perbedaan antara manusia dengan makhluk fisik lain adalah kemampuan manusia dalam berfikir yang secara naluriah manusia akan selalu dan selalu mencari kebenaran – tentunya dengan didasari pengetahuan – dengan berbagai macam metode. Kemampuan berfikir setiap manusia tidaklah sama, selain aspek kodrat, aspek psikologis dan mental juga sangat mempengaruhi, sehingga wajar bila dalam tatanan kehidupan manusia selalu muncul perbedaan, bahkan sudah dimulai sejak zaman sebelum masehi seperti ketika Aristoteles dan Descartes harus melawan perbedaan pendapat dengan penguasa hingga harus mengorbankan nyawa demi sebuah kebenaran pengetahuan.

Dalam pada itu, perkembangan pengetahuan semakin pesat hingga pada satu sisi kelihatan semakin menyempit. Seperti, ada seorang ilmuan yang ahli pada salah satu bidang, Seorang dokter hewan spealis burung betet dengan segala ilmu yang dikuasainya mempresentasikan semua yang diketahui tentang burung betet, hingga tiba pada suatu pertanyaan :

Sang penanya : Tolong dijelaskan dok, bagaimana membedakan burung betet betina dengan yang jantan ?

Dokter : Burung betet jantan selalu makan cacing betina, dan burung betet betina selalu makan cacing jantan.

Sang penanya : Lantas bagaimana membedakan cacing jantan dan cacing betina?

Dokter : Kalo itu silahkan tanya kepada ahli cacing.

Dari percakapan diatas menunjukkan bahwa semakin orang mendalami satu hal, maka ada beberapa hal yang terlupakan sehingga nilai pengetahuan semakin kecil. Hal ini menunjukkan fakta bahwa sejumlah fakta yang terdiri dari proposisi – proposisi yang saling berhubungan terputus oleh pengkotakan – pengkotakan pengetahuan.

Selanjutnya, kebenaran teori respondensi yang berdasar pada harmoni internal proposisi – proposisi, serta kebenaran teori korespondensi yang berdasar pada data empiris yang merupakan kumpulan data inderawi serta pandangan pragmatisme yang mengatakan bahwa kebenaran itu berubah dan bersifat tentative adalah pilar – pilar serta pendorong lahirnya pengetahuan yang semakin mengerucut.

Jika dalam sejarah disebutkan filsafat adalah induk segala pengetahuan yang di dalamnya terdapat hakekat kebenaran – segala pengetahuan bisa dijawab dengan etismologinya –, maka sekarang diperlukan kembali pengetahuan yang mengerucut dapat melebar untuk menjawab segala kebenaran pengetahuan (the Truth of Knowledge).

Tidak ada komentar: